Peran
stategis kaum muda dalam pembangunan bangsa telah menjadi bagian catatan
penting selama rentang sejarah berdirinya bangsa ini. Berawal dari merintis
Kemerdekaan Indonesia, Mempertahankannya sampai dengan mengisi sekaligus
menggerakkan dinamika social politik dalam tiap fase perubahan. Pada
kecendrungannya, kaum muda, khususnya para aktivis pergerakan dengan perspektif
kritis yang dimilikannya, relative mengambil porsi pemihakan yang begitu besar
pada kaum marginal, kelompok tertindas, atau korban kekuatan dominan. Itulah
yang dimaknai dengan ekspresi moralitas sebagai kelas menengah terdidik yang
memfungsikan diri sebagai the agent of change.
Mempelajari
topik pemuda dalam proses transformasi adalah suatu cara memahami perubahan itu
sendiri dari perspektif pemuda. Oleh karenanya pencermatan tentang bagaimana
paradigma tentang pemuda berkembang menjadi langkah awal yang perlu di ketahui
untuk memahaminya lebih lanjut. Di dalam peta paradigma tentang pemuda, paling
tidak ada beberapa perspektif yang akan menentukan bagaimana pemuda di
definisikan. Pemahaman tentang paradigma ini penting, mengingat di dalam
perjalanan suatu proses perubahan social, politik, ekonomi dan budaya, pemuda
selalu menjadi bagian dari perubahan tersebut, baik sebagai actor ataupun
sebaliknya, di tempatkan sebagai objek.
Proses
dan dinamika demokratisasi sejak 1998 memberikan kita konteks untuk memahami
dinamika gerakan politik pemuda. Kalau perjalanan sejarah ini kita teruskan
maka sekarang pertanyaan kita adalah bagaimana peran pemuda di era reformasi
sekarang? Atau, barangkali lebih inferatif, bagaimana seharusnya pemuda berperan
dalam politik demokrasi sekarang? Terkait dengan hal itu kita menemukan banyak
hal yang bisa kita diskusikan. Sekilas melihat perkembangan pemuda hari ini
dengan situasi yang penuh paradox, di satu sisi kita menemukan banyak harapan,
dan di sisi lain kita menemukan banyak masalah social-ekonomi yang di hadapi
pemuda.
Membaca
sikap politik kaum muda sekarang tidak mudah. Kaum muda sekarang jauh berbeda
dengan generasi angkatan sebelumnya seperti angkatan 60an, 70an, 80an, dan
90an. Lingkungan hidup yang begitu berubah, telah mengubah sikap dan prilaku
politik mereka. Globalisasi disertai dengan kemajuan teknologi informasi, media
massa, HP dan internet telah mengubah drastic gaya hidup pemuda sekarang.
Sebagai penikmat globalisasi, sikap dan prilaku politik mereka sulit di baca,
mudah berubah, sangat lentur, fleksibel, dan begitu refleksif. Di satu sisi
mereka amat maju dan di sisi lain mereka penuh dengan keraguan dan kebimbangan
dalam mengambil sikap.
Sumpah
pemuda merupakan praktek politik terbaik pemuda bangsa Indonesia dalam merintis
bangsa ini, Pemuda yang berbeda latar belakang melebur diri dalam satu
identitas satu nusa satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah pemuda 1928 bukanlah
sumpah setia ke masa lalu melainkan sebuah pandangan untuk masa depan yang
cerah. Para pemuda dalam periode ini bukanlah symbol masa depan melainkan
penggagas kehidupan berbangsa dan bernegara yang satu. Namun sayang, semangat
perubahan tersebut semakin luntur di saat Negara ini sedang membutuhkannya,
yang kita temukan hanyalah arus balik. Kaum muda di dokstrinsisasi dengan
nasionalisme konserfatif dimana peran politik kaum muda dialihkan menjadi
kumpulan individu yang sibuk dengan diri dan kelompoknya sendiri. Ke Indonesian
semakin di persempit dengan praktik politik yang merayakan keragaman komunal
tanpa ada percakapan politik yang benar. Secara normative, kita harus melawan
kecendrungan ini. Perlawanan ini pun tidak semata – mata karena kecendrungan
tersebut bertentangan dengan nilai – nilai demokrasi, melainkan terpenting
lagi, mengguncang fondasi kehidupan bersama kita sebagai bangsa. Pengalaman
sejumlah Negara gagal akibat ento-nasionalisme mengingatkan kaum muda hari ini
bahwa Negara dan bangsa bukan barang jadi, bukan pula keniscayaan sejarah,
tetapi subuah karya politik yang harus di perjuangkan dari generasi ke
generasi. Tugas berat di pundak pemuda hari ini adalah bagaimana semangat
keindonesiaan dibangkitkan kembali dalam praktik kehidupan berbangsa dan
bernegara. (UL)
0 comments:
Post a Comment